Dewanti Permata Sari: Guru, Seniman, dan Penjaga Napas Budaya PALI Lewat Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu

oleh -3092 Dilihat

PALI – Bramastanews.com, Di balik gemulai gerakan Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu yang sarat filosofi sejarah dan keindahan, berdirilah sosok perempuan muda penuh dedikasi: Dewanti Permata Sari, S.Pd. Lahir di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) pada 2 Oktober 1991, Dewanti adalah satu dari sedikit pelaku seni di PALI yang gigih menjadikan seni tradisi sebagai jalan hidup, pengabdian, dan warisan untuk generasi muda.

Anak kedua dari tiga bersaudara, Dewanti merupakan putri dari pasangan guru, Edwin Hendrik, S.Pd dan almarhumah Nurlela. Jiwa pendidik dan semangat berkarya tumbuh bersamaan dalam dirinya. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas PGRI Palembang, jurusan Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik), tempat di mana bakat seninya semakin terasah.

Saat masih menjadi mahasiswa, Dewanti aktif mengikuti berbagai festival seni tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Namun titik baliknya terjadi pada tahun 2015, ketika ia menggagas Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu, karya yang menjadikannya dikenal sebagai seniman lokal yang mengangkat budaya PALI ke panggung prestasi. Tarian ini terinspirasi dari Candi Bumi Ayu, situs Hindu abad ke-9 peninggalan Sriwijaya, yang menjadi simbol sejarah dan kebanggaan masyarakat PALI.

BACA JUGA  PT GKP Menabur Kebaikan Jelang Hari Raya Idul Fitri - Bagikan Ribuan Bingkisan

Dalam proses kreatifnya, Dewanti berkolaborasi dengan Nurdin, S.Pd., M.Sn., dosen Jurusan Seni Pertunjukan Universitas PGRI Palembang yang juga kakak tingkatnya semasa kuliah. Mereka merancang tarian dengan gerak yang menyerupai relief candi, kostum kerajaan Sriwijaya, dan musik bernuansa mistis — menjadikan Tari Ritus bukan sekadar pertunjukan, tetapi refleksi sejarah yang hidup.

Kini, Dewanti tidak hanya mengajar di SMP Negeri 2 Penukal, tetapi juga memimpin Sanggar Poejang Toean Laoe, wadah bagi anak-anak dan remaja untuk belajar seni tari. Sanggar ini menjadi pusat pembinaan seni tari daerah dengan lebih dari 50 anggota aktif, mulai dari tingkat SD hingga umum. Melalui sanggar inilah Dewanti terus menyalurkan semangat berkesenian kepada generasi muda, menyisipkan nilai-nilai budaya lokal dalam setiap gerakan tari.

BACA JUGA  Bhabinkamtibmas Desa Cibarusah Jaya Aiptu Nasichin Beri Pembinaan Pelajar SMK Trisima Cibarusah: Tekan Tawuran dan Bahaya Narkoba

“Tari adalah media membentuk karakter, bukan hanya soal keindahan, tapi soal identitas. Saya ingin anak-anak PALI tumbuh dengan mencintai budayanya sendiri,” ungkap Dewanti.

Kini, Dewanti tengah mengupayakan agar Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu bisa dipatenkan sebagai tari khas daerah Kabupaten PALI, sekaligus terus tampil dalam berbagai event budaya dan pendidikan — dari Festival Sriwijaya, Festival Basemah, hingga FLS2N dan berbagai pentas lokal.

PROFIL SINGKAT PENGGAGAS TARI RITUS TUBUH CANDI BUMI AYU

Dewanti Permata Sari, S.Pd lahir pada 02 Oktober 1991 di Desa Babat, Kabuapten PALI Sumatera Selatan. Anak ke 2 dari 3 bersaudara. Anak dari Bapak Edwin Hendrik, S.Pd dan Ibu Nurlela (Almh).

Kini dikenal sebagai seorang Guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Penukal sekaligus Owner Sanggar Poejang Toean Laoe. Aktif di bidang kesenian daerah khususnya di tanah kelahiran sendiri.

Awal karir di bidang kesenian khususnya di bidang Seni Tari pada saat menjadi mahasiswa aktif jurusan SENDRATASIK di Universitas PGRI Palembang. Menjadi penari aktif di berbagai festival Tingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota.

BACA JUGA  106 Anggot BPD se-Kecamatan Tanah Abang, Resmi dikukuhkan

Mulai di kenal setelah pementasan Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu pada tahun 2015 dan banyak menggali kekayaan tari yang berkaitan dengan kehidupan Masyarakat Kabupaten PALI dan memadukannya dengan gerakan-gerakan yang indah.

Tarian-tarian kreasi Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu menyebar ke banyak sanggar tari yang ada di Kabupaten PALI dan sering di ajarkan di sekolah-sekolah sekitar kecamatan Penukal khususnya.

Dewanti Permata Sari bukan hanya seorang guru atau penari. Ia adalah penjaga nyala budaya, yang dengan tekun membangun jembatan antara sejarah dan masa depan, antara tradisi dan generasi. Melalui Tari Ritus Tubuh Candi Bumi Ayu, ia mengajak kita semua untuk tidak melupakan akar, dan terus menari dalam harmoni sejarah dan harapan. (Bm/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *