Konsolidasi & Diskusi Aktivis’ 98 Saksi Sejarah 98 Dari Bandung Momentum Penting Menggali Kembali Semangat Perjuangan

oleh -283 Dilihat

Bandung, Bramastanews. Com.

29 Juni 2025 — Dalam rangka mengenang dan merefleksikan peristiwa penting reformasi 1998, para aktivis 98 dan saksi sejarah dari Bandung berkumpul dalam acara “Konsolidasi dan Diskusi Aktivis 98: Saksi Sejarah dari Bandung”, yang digelar di Bandoengsche Melk Centrale Resto & Lounge 1928, Bandung. Acara ini menjadi momentum penting untuk menggali kembali semangat perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia dalam menghadapi rezim otoriter Orde Baru.

Diskusi ini menghadirkan para pelaku sejarah, di antaranya tokoh-tokoh aktivis mahasiswa Bandung, yang dahulu turut menyuarakan perubahan dan menuntut mundurnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan. Salah satu yang memberi kesaksian penting adalah Bu Ema, yang menceritakan dengan emosional dan penuh keteguhan mengenai situasi mencekam Jakarta saat itu.

BACA JUGA  Usai Dilantik Menjadi Anggota DPR-RI Kembali, Obon Tabroni Gelar Tasyakuran Dengan Ratusan Relawan
Tragedi Mei 1998: Dari Demonstrasi Damai ke Kerusuhan Nasional Sejarah mencatat, Mei 1998 adalah titik balik dalam perjalanan bangsa. Demonstrasi damai yang dilakukan oleh mahasiswa, terutama dari Universitas Trisakti, awalnya berlangsung tertib dan mengedepankan idealisme untuk demokrasi. Namun, keadaan berubah drastis ketika aksi tersebut dibajak oleh pihak-pihak berkepentingan. Empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak — sebuah peristiwa tragis yang memicu gelombang kerusuhan dan kemarahan publik.

Suasana di Jakarta saat itu sangat mencekam. Kekacauan meluas ke berbagai sudut ibu kota. Terjadi penjarahan besar-besaran, pembakaran, dan kekerasan yang menyasar etnis Tionghoa, meninggalkan luka mendalam dalam sejarah bangsa. “Kami melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana tragedi kemanusiaan itu terjadi. Ini bukan hanya soal politik, ini soal nilai kemanusiaan yang diinjak-injak,” ungkap Bu Ema dalam kesaksiannya.

BACA JUGA  Gelar Konferensi Pers Pemilihan Rektor ITB Periode 2025-2030

Menolak Lupa, Merawat Demokrasi
Acara ini menjadi ajang penting untuk memastikan bahwa tragedi kelam 1998 tidak dilupakan begitu saja. Para peserta diskusi menegaskan kembali pentingnya pendidikan sejarah kepada generasi muda dan pentingnya menjaga demokrasi dari segala bentuk penyimpangan kekuasaan.

“Reformasi bukan akhir perjuangan. Ini adalah awal dari tanggung jawab baru: memastikan agar kekuasaan tidak lagi semena-mena terhadap rakyat,” ujar salah satu aktivis yang hadir.

Diskusi juga membahas pentingnya pembentukan lembaga yang dapat menelusuri kebenaran sejarah dan memberikan keadilan kepada para korban, baik korban penembakan mahasiswa maupun korban kerusuhan sosial.

Bandung dan Jejak Perlawanan
Bandung sebagai kota pelajar memiliki peran historis dalam setiap gerakan perubahan. Para aktivis 98 dari Bandung berkontribusi besar dalam menekan tuntutan reformasi secara nasional. Kehadiran mereka di acara ini mempertegas bahwa semangat perubahan tidak pernah padam, bahkan setelah lebih dari dua dekade berlalu.

BACA JUGA  HM Dirman Bram Kembali Ketuai PAC Pemuda Pancasila Kedung Waringin

Acara ditutup dengan refleksi bersama dan komitmen menjaga semangat reformasi agar tetap hidup di tengah tantangan zaman.
(nengsih)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *