Aceh Utara, Bramastanews.com — Desa Lhokpuuk, sebuah desa di pesisir pantai, tengah menghadapi ancaman serius akibat abrasi yang terus menggerus daratan. Warga desa mengkhawatirkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, desa mereka hanya akan tinggal nama jika masalah ini tidak segera ditangani.
Menurut sejumlah warga dan pemerhati lingkungan, abrasi yang terjadi diduga diperparah oleh pembangunan batu gajah di sekitar pantai yang seharusnya berfungsi sebagai pemecah gelombang. Bukannya melindungi, struktur ini justru diduga mengubah pola arus laut, mempercepat erosi pantai di beberapa titik.
“Kami merasa ada yang salah dengan pembangunan ini. Semenjak ada batu gajah, pantai malah semakin terkikis,” ujar Muhammad, salah satu warga Lhokpuuk yang sudah tinggal di desa tersebut selama puluhan tahun.
Menurut masyarakat, pembangunan batu gajah berperan dalam memperburuk abrasi di wilayah tersebut. Namun, proyek tersebut mungkin tidak sepenuhnya mengikuti kajian lingkungan yang komprehensif.
“Proyek ini seharusnya mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem pantai dan masyarakat sekitar. Kami mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan sebelum kerusakan semakin parah,” katanya
Abrasi di Desa Lhokpuuk tidak hanya mengancam daratan tetapi juga mata pencaharian penduduk setempat yang sebagian besar bergantung pada hasil laut. Nelayan mengaku bahwa mereka semakin kesulitan mendapatkan hasil tangkapan karena perubahan arus laut dan kerusakan ekosistem pantai.
Namun, masyarakat Lhokpuuk berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan dan tindakan yang diambil tidak hanya bersifat sementara, tetapi solusi jangka panjang yang dapat menyelamatkan desa mereka dari ancaman abrasi yang semakin parah.
“Desa kami mungkin kecil, tapi kami tidak ingin Lhokpuuk hanya tinggal nama di peta. Kami butuh tindakan nyata, bukan janji,” Pungkasnya.