Jakarta || Bramastanews.com
Kementerian Perindustrian melaksanakan kebijakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri melalui pendidikan dan pelatihan vokasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompeten dan memiliki daya saing. Dalam mencapai tujuan tersebut, Kemenperin menguatkan kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Salah satu contoh kerja sama yang dijalankan oleh Kementerian Perindustrian adalah dengan pemerintah Swiss melalui proyek Skills for Competitiveness (S4C). Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian, Masrokhan, dalam acara di Jakarta pada Kamis (9/11).
Kerja sama antara BPSDMI dengan S4C bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri di Indonesia melalui penyiapan tenaga kerja profesional yang kompeten melalui unit pendidikan vokasi yang dimiliki oleh Kemenperin. Selain itu, dalam program ini Kementerian Perindustrian juga bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), kata Masrokhan.
Salah satu kegiatan kolaborasi antara BPSDMI dengan S4C adalah percepatan implementasi Dual System Industrial Vocational Education (Dual VET) di empat kampus binaan Kemenperin. Keempat kampus tersebut adalah Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu Kendal, Politeknik Industri Petrokimia Banten, dan Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng.
Empat kampus ini merupakan bagian dari 13 kampus Kementerian Perindustrian yang berfokus pada sektor-sektor industri, dan telah menerapkan pendidikan vokasi dual system melalui kerja sama dengan setidaknya 1.600 perusahaan yang siap mengakomodasi 5.000 lulusan sekolah dan kampus Kemenperin setiap tahunnya, ungkap Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, Emmy Suryandari.
Beberapa waktu lalu, BPSDMI Kementerian Perindustrian mengadakan Pelatihan Penguatan Manajemen Kelembagaan Institusi Vokasi dengan tema “Politeknik Masa Depan: Menuju Dual VET 4.0”. Melalui kegiatan ini, peserta pelatihan diharapkan dapat mencari solusi inovatif dalam manajemen politeknik agar dapat menghadapi tantangan global saat ini dan di masa depan.
Peserta pelatihan tidak hanya berasal dari politeknik Kementerian Perindustrian, tetapi juga dari politeknik di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Mari kita bersama-sama menjalin hubungan yang erat, karena kita harus menghadapi tantangan-tantangan di masa depan agar dapat memanfaatkan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045,” imbuh Emmy.
Pelatihan ini dimoderatori oleh ITC-ILO (International Training Centre of International Labour Organization) yang memiliki kualifikasi internasional dalam mentransfer pengetahuan terkait Dual VET di berbagai negara.
Naceur Chraiti, seorang pakar internasional dari International Labour Organization (ILO), memberikan dukungannya untuk pengembangan Dual VET di Indonesia. “ILO dan ITC-ILO berkomitmen untuk mendukung semua pihak terkait dalam upaya berkelanjutan untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan skills,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Pelatihan Vokasi, Wisnu Wibowo, memberikan apresiasi kepada Kementerian Perindustrian atas pendidikan vokasi yang telah dilaksanakan. “Berdasarkan permintaan pasar, pendidikan vokasi harus diselaraskan dengan kebutuhan industri. Menurut saya, pendidikan vokasi Kementerian Perindustrian sudah maju. Banyak industri yang bekerjasama sehingga mampu menghasilkan lulusan yang dapat langsung bekerja,” tuturnya.
Dengan adanya kerja sama antara Kementerian Perindustrian dan berbagai pihak terkait, diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja industri di Indonesia. Hal ini menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan masa depan dan mewujudkan visi Indonesia Emas pada tahun 2045. (Red)
Sumber : Kementerian Perindustrian RI