Purwakarta, Bramastanews.com_Bila pembangunan jalan dilaksanakan sesuai teknis, dikerjakan pihak yang ahli di bidangnya tentu akan hasilkan jalan yang berkualitas sehingga dapat miliki ketahanan dalam jangka waktu lama.
Namun sebaliknya, jika pembangunan jalan dilaksanakan pihak tak berpengalaman serta tidak sesuai teknis konstruksi, tidak heran jika hasilnya buruk, dan jalan cepat rusak.
Hal ini seperti yang terjadi pada jalan akses antar dua desa, yang menghubungkan Desa Depok di kecamatan Darangdan dengan Desa Gandamekar di kecamatan Plered. Jalan tersebut juga merupakan akses utama para petani dalam beraktivitas.
Lokasinya berada di Kampung Cinutug, beberapa kali tercatat dibangun dari anggaran berbeda.
Dari catatan yang diperoleh, terhitung 5 kali sudah jalan tersebut dibangun, berikut data hasil penelusuran yang diperoleh:
1. Dibangun di tahun 2011 dari PNPM Mandiri,
2. Dibangun di tahun 2015 dari DAK Pertanian,
3. Sekitar tahun 2016 dari Hibah (pengalihan dari lokasi lain),
4. Dibangun di tahun 2021 dari Bantuan Dinas Pangan dan Pertanian,
5. Tahun 2023 dibangun sebagian dari anggaran Dana Desa.
Anehnya, meski beberapa kali dibangun, kondisi jalan tersebut cepat alami kerusakan. Sehingga warga sekitar menjuluki jalan itu dengan istilah ‘jalan boros’ dimana mungkin dimaksud boros anggaran sebab berkali-kali dibangun.
Lantas, apa penyebab cepat rusaknya jalan tersebut meski terus dibangun, padahal struktur tanahnya normal tidak ada pergerakan yang bisa timbulkan kerusakan.
Berdasarkan penelusuran dan hasil wawancara dengan warga sekitar,
“Pantas jika jalan tersebut cepat rusak, sebab betonnya dibuat secara manual, materialnya di irit saat buat adukan betonnya, maka tak aneh bila cepat rontok, dan setiap pelaksanaan pembangunan seperti itu terus teknisnya, tidak ada perubahan,” ungkap salah satu warga.
Sebetulnya, jika berniat agar jalan itu kuat dan tahan lama, beli saja beton dari perusahaan yang menjual beton, kan sudah teruji kualitasnya, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat kekerasannya kan juga bisa disesuaikan, saya yakin jika seperti itu, sampai saat ini jalan itu pasti masih bertahan, kan jadinya tidak perlu dibangun terus apalagi sampai 5 kali dibangun seperti itu, kan jadi boros anggaran,” tambahnya kemudian.
Seperti diketahui, jalan tersebut hanya sesekali dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki.
Seorang petani menuturkan keheranannya sebab jalan yang baru selesai dibangun 7 hari sudah rontok saat tertimpa air hujan, saat ditanya siapa yang salah dalam hal itu, si petani mengatakan,
“Yang salah hujan pak, kalau tidak hujan kan tidak rusak,” tuturnya sambil agak bernada sedikit bercanda.
Kini, informasinya jalan tersebut kembali akan dibangun dari dana APBD Kabupaten, belum diketahui apakah rencana pembangunan di jalan itu dapat persetujuan dari pejabat berwenang atau belum.
Namun jika hal itu terealisasi, pas sudah Julukan Jalan Boros untuk jalan tersebut, sebab terhitung sudah 5 kali dibangun, dan infonya akan kembali diperbaiki untuk yang ke 6 kalinya. (Red)