, ,

PLT Dirut PDAM Purwakarta Berlagak Seperti Preman, Ajak Berkelahi Awak Media Saat Diminta Tanggapan, Ada Apa Dengan PDAM? 

oleh -510 Dilihat
oleh

PURWAKARTA || Bramastanews.com-PLT Direktur Utama PDAM Kabupaten Purwakarta berikan tanggapan tak terduga saat dikonfirmasi awak media perihal tata kelola keuangan di perusahaan milik daerah tersebut.

Sikap tak terduga yang dipertontonkan Plt Dirut PDAM jauh berada diluar dugaan, alih-alih berikan tanggapan atas konfirmasi yang disampaikan secara santun, dengan nada kasar yang bersangkutan malah Ajak Berkelahi.

Sontak hal tersebut timbulkan pertanyaan, apakah kontak yang dihubungi benar milik sang Plt Dirut atau salah nomor kontak.

Sehingga lebih lanjut kepada yang bersangkutan dipertanyakan ulang perihal kebenaran kontak itu, namun dirasa tak ada respon kemudian kontak tersebut dihubungi melalui saluran telpon dalam aplikasi WhatsApp.

Sayangnya, saat dihubungi kontak milik Plt Dirut PDAM itu tak menjawab, namun beberapa saat kemudian ternyata kontak tersebut lakukan panggilan sebanyak tiga kali namun tak sempat terjawab, sehingga sebab dirasa penting untuk memastikan kebenaran siapa pemilik kontak, kemudian nomor itu dihubungi kembali.

Saat dihubungi melalui sambungan telepon WhatsApp, nomor kontak atas nama Plt Dirut PDAM tersebut kemudian tersambung normal dan seperti biasa awak media membuka percakapan.

Dalam percakapan yang berdurasi sekitar sembilan menit, didapat poin penting diantaranya, nomor kontak tersebut diakui yang bersangkutan merupakan kontak sang Plt Dirut.

Namun sesi percakapan yang diharapkan berjalan mulus sesuai topik awal ternyata melenceng jauh dari prediksi, dengan nada kasar serta terkesan tak menghargai upaya santun yang disampaikan, Riyan Plt Dirut PDAM malah mendikte kinerja awak media dan mengaku jika dirinya sebagai wartawan utama dewan pers.

Urang Dirut, nu boga Jabar****  saya..sok panggih jeung urang, tapi mun om teu kuat ku AING di udag balik sok”

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya,

Saya Dirut, yang punya Jabar****, sok ketemu sama saya, tapi kalo om ngga kuat sama saya (Aing:bahasa sunda kasar) dikejar balik”

Berawal dari lontaran kata AING tersebut percakapan kemudian sedikit memanas, dan nada bicara sang Plt Dirut mulai berbau intimidasi serta mendikte kinerja kejurnalisan.

Secara menyeluruh, dari awal memberikan tanggapan atas chat permohonan tanggapan, Riyan tak berikan sikap sebagai Pimpinan Utama di Perusahaan Daerah yang seharusnya mengedepankan etika dalam berkomunikasi, sebab posisi penting yang didudukinya apabila dijalankan dengan tatacara personal yang jauh dari etika pada umumnya bisa berdampak terhadap kredibilitas Perusahaan dihadapan publik.

Dan seandainya memang dirinya seorang wartawan, selayaknya pasti akan lebih menghargai kegiatan jurnalistik, bukan malah sebaliknya.

Beberapa aktivis Purwakarta saat dikonfirmasi perihal tersebut mengaku kaget akan perlakuan yang dipertunjukkan Plt Dirut PDAM tersebut, menurut mereka, sikap yang dilakukan oleh pimpinan PDAM itu sudah keterlaluan, etika dalam berkomunikasinya sangat memprihatinkan dan sudah diluar batas.

Sampai berita dimuat belum ada komunikasi ulang dengan yang bersangkutan, namun selang beberapa lama setelah komunikasi itu, ada seorang wartawan yang menghubungi untuk minta bertemu diduga kuat berhubungan dengan persoalan tersebut.

Dugaan itu ternyata dibuktikan dengan keterangan awak media MitrahukumBhayangkara.com yang mengaku dihubungi oleh kontak yang sama setelah lakukan konfirmasi kepada Plt Dirut PDAM, dalam keterangannya, Sulaeman menyampaikan jika dirinya sempat diminta untuk takedown berita terkait PDAM itu, dengan sedikit bernada mengancam jika tidak di takedown urusannya akan panjang,” ungkap si penelpon yang mengaku wartawan.

Apakah arogansi yang ditunjukkan oleh sang Plt Dirut PDAM itu merupakan cermin sikap asli yang bersangkutan yang terjadi secara spontan saat hadapi persoalan, ataukah hal itu merupakan GERTAKAN sebagai upaya agar awak media ciut sehingga upaya pencarian informasi diwilayah PDAM Purwakarta putus begitu saja.

Lantas bagaimana kira-kira sang Dirut menjalankan kewajibannya sebagai pimpinan di perusahaan milik daerah tersebut dengan merangkap sebagai wartawan, bukankah posisinya sebagai Dirut miliki cukup kesibukan sehingga menuntut bagi siapapun yang mendudukinya untuk fokus terhadap tugasnya tersebut, sedangkan di sisi lain profesi kewartawanan juga butuhkan waktu serta fokus yang tak kalah sedikit, bagaimana dirinya lakukan peliputan, bagaimana cara membagi waktunya, sehingga dalam berkarya sebagai wartawan dapat menghasilkan produk jurnalistik berupa berita sebagai tuntutan kewartawanannya.

Bagaimana cara yang bersangkutan jalankan tugasnya sebagai wartawan (subyek sosial kontrol) dan sekaligus objek dari sosial kontrol diwaktu yang bersamaan.

Ataukah pengakuan sebagai wartawan merupakan upaya untuk mengcounter pihak yang mencoba mencari informasi seputar PDAM atau dengan kata lain jadikan profesi wartawan sebagai tameng agar tak tersentuh.

Akankah rangkap profesi yang terjadi berdampak terhadap kinerja Perusahaan PDAM.

(Gun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *