Kendari, Brasmata News.com – Aksi demonstrasi oleh Ratusan massa aksi calon honorer RS Jantung Oputa Yi Koo bersama Konsorsium Rakyat Menggugat berlangsung ricuh dengan Satpol PP. Kericuhan itu terjadi di kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (8/1)
Kericuhan yang semakin memanas, sehingga mengakibatkan aksi kejar kejaran antar massa aksi dan Satpol PP mulai dari wilayah kantor Badan Kepegawaian Daerah Sultra hingga ke jalan raya. Beberapa massa aksi terkena pukulan dan luka ringan oleh oknum Pol PP.
Kordinator Lapangan, Firman mengatakan, kedatangan mereka di kantor BKD Sultra semata untuk menyampaikan beberapa aspirasi terkait nasib tenaga honorer yang telah lolos seleksi sebagai tenaga honorer di RS Jantung Oputa Yi Koo namun sampai hari ini belum ada kejelasan SK-nya.
“Gerkan yang kami bangun adalah aksi damai dan telah prosedural, namun beberapa oknum Satpol PP melakukan tindakan represif, kami sayangkan kenapa harus ada tindakan seperti itu,” ucap firman saat dihubungi melalui WatsApp, senin (8/1).
Ia pula mengungkapkan kekesalannya kepada Kasatpol PP sebagai pimpinan tidak mampu mengontrol anggotanya saat kericuhan terjadi meski ia berada di tempat.
“Seharusnya Satpol PP cukup menjalankan tugasnya untuk menjaga ketertiban, mengawal saat kami melakukan demonstrasi. Namun yang terjadi, tindakan reparesif atau anarki yang kami dapatkan,” ungkapnya.
Ia meminta kepada Gubernur Sulawesi Tenggara untuk melakukan evaluasi kepada Kepala Satpol PP karena tidak mampu mengontrol anggotanya kalau bisa langsung dipecat.
Di infokan, saat ini massa aksi menuju Polresta Kendari untuk melaporkan tindakan represif yang dilakukan oknum Satpol PP hingga menimbulkan luka lebam di beberapa bagian tubuh massa aksi.
Sementara Kasatpol PP, Hamim Imbu terus-terus menyampaikan bahwa masalah SK calon honorer telah dibawa di Inspektorat Sulawesi Tenggara