Cerita Duka TKW (PMI) di Negara Timur Tengah, Kerap Alami Penyiksaan Tak Manusiawi, Ada yang Sampai Meninggal?
PURWAKARTA / / Bramastanews.com_Seorang mantan tenaga kerja wanita (TKW) asal Purwakarta ceritakan peristiwa pahit yang kerap dialami dan dilihatnya selama di negara Timur Tengah.
Mantan TKW yang mengaku bekerja di negara Timur Tengah dari tahun 1998 sampai 2014 yang kini istilahnya beralih nama menjadi PMI (pekerja migran Indonesia), mengaku kerap melihat tindakan kekerasan yang dialami rekan kerjanya selama di Agensi (penampungan).
Kepada awak media pada Kamis, 22/10/2024 dalam wawancara bersama Tim Investigasi, mantan TKW tersebut menjelaskan,
“Banyak kejadian tindakan kekerasan fisik yang dilakukan pihak Agensi selama di penampungan, ada yang dipukuli sampai dibenturkan kepalanya ke tembok. Wanita asal Indramayu yang sakit karena alami penyiksaan, akhirnya meninggal dunia. Sedih pokoknya mengingat peristiwa tersebut, orang yang sakit dan minta minum malah mulutnya disogok pakai gantungan baju yang terbuat dari bahan kawat,” ungkapnya dengan nada sedih.
“Belum lagi ada TKW asal Bangladesh juga alami penyiksaan yang dilakukan dihadapan saya, dipukuli pakai kayu dan mukanya dibenturkan ke tembok. Saya tak bisa berbuat apa-apa melihat kekejaman itu, berbicarapun tak berani karena dilarang oleh petugas Agensi yang sebenarnya orang Indonesia juga,” tambahnya lagi.
“Selama disana kita juga dibatasi dalam soal komunikasi, oleh sebab itu saya berharap keluarga saya tidak ada yang sampai berangkat ke luar negeri untuk bekerja disana,” pungkasnya.
Peristiwa yang dialami LS, mantan TKW itu diketahui diberangkatkan pihak Perusahaan (PJTKI) yang kini berubah nama menjadi P3MI melalui proses pendidikan dan pelatihan, sebelum Moratorium diberlakukan.
Menurutnya, pemberangkatan yang dilakukan saat itu sesuai prosedur pemerintah, sebab calon Pekerja Migran mendapatkan pendidikan dan pelatihan (PAP) meliputi pendidikan Bahasa, cara bekerja dan sebagainya.
Namun dimasa itu perlakuan tak manusiawi kerap dialami pekerja di negara penempatan.
Dan ternyata perlakuan-perlakuan tak manusiawi seperti itu masih saja kerap diceritakan terjadi disaat ini.
Beberapa peristiwa kekerasan tak manusiawi yang kerap dialami PMI di negara penempatan bahkan banyak masuk ke posko pengaduan.
Lantas, seperti apa upaya pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut.
Apakah pemberlakuan Moratorium cukup efektif dalam menekan berbagai persoalan yang terjadi.
Jika memang marak persoalan yang dialami PMI, mengapa pemberangkatannya sampai saat ini masih terus terjadi bahkan jumlah perharinya disebut sebagian kalangan membludak.
Menurut salah satu Aktivis Peduli Pekerja Migran Indonesia, saat ditanya perihal maraknya pemberangkatan PMI unprosedural yang dilakukan P3MI menjelaskan,
“Aktivitas perekrutan wanita bermodus Pekerja Migran Indonesia, tujuan Timur Tengah dan Asia lainnya masih marak terjadi, coba anda cek di Bandara, berapa ratus PMI yang berangkat setiap harinya,” ungkapnya.
“Mereka yang diberangkatkan tanpa pendidikan dan pelatihan, tidak ada kejelasan kontrak kerja dan jaminan kesehatan serta keselamatan selama mereka disana. Bagaimana itu bisa terjadi, kemana saja pemerintah selama ini,” tambahnya kemudian.
“Ini bukti bahwa ada permainan yang melibatkan pihak terkait, sehingga pemberangkatan PMI unprosedural masih bisa lolos melenggang ke luar negeri, anda juga pasti faham pihak mana saja yang saya maksud,” pungkasnya.
(Red / Tim)