Konferensi Pers Dinkes PALI Dianggap Belum Menjawab Akar Persoalan Tragedi MBG, Pemerintah Diminta Audit Menyeluruh

oleh -556 Dilihat

PALI – Bramastanews.com, Tragedi keracunan massal yang menimpa ratusan siswa dan pelajar peserta program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten PALI menyisakan banyak pertanyaan dan menuai desakan dari masyarakat agar dilakukan investigasi secara menyeluruh dan transparan.

Keterangan resmi dari Pemerintah Kabupaten PALI yang disampaikan melalui konferensi pers oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan PALI, H. Andre Fajar Wijaya, pada Jumat (22/5), dinilai belum menjawab tuntas persoalan. Pemerintah hanya memaparkan hasil uji laboratorium, tanpa mengungkap hasil investigasi mendalam terkait rantai distribusi, pengolahan, dan penyimpanan makanan.

Tempe goreng disebut sebagai salah satu pemicu utama dalam kasus ini, setelah hasil uji laboratorium menemukan adanya bakteri Staphylococcus aureus pada sampel makanan tersebut. Selain itu, air bersih dari PDAM Tirta PALI Anugerah juga ikut disorot sebagai kemungkinan penyebab keracunan. Namun, sejumlah pihak menilai bahwa kesimpulan ini belum menjawab akar permasalahan.

BACA JUGA  Kadis PerKimtan Kabupaten Bekasi Pantau Sarana P2WKSS

Kesimpulan yang terlalu cepat tanpa analisa menyeluruh bisa menyesatkan publik dan dapat merugikan pihak -pihak yang tidak bersalah terutama pelaku usaha kecil produk olahan tempe di Kabupaten PALI.

Berbagai pihak berharap agar pemerintah tidak hanya berfokus pada penggantian vendor saja, bahkan masyarakat pun meminta agar investigasi tidak berhenti pada hasil laboratorium semata.

Permintaan audit menyeluruh hingga ke tahap penanganan, penyimpanan dan penyajian makanan. Desakan agar pemerintah lebih terbuka dan adil dalam menangani kasus ini semakin menguat, demi mencegah terulangnya tragedi serupa di masa mendatang, karena menyangkut keselamatan dan kesehatan anak anak.

BACA JUGA  Indeks SPBE Kabupaten Bekasi Naik Signifikan

Salah satu suara kritis datang dari Yati, seorang pengrajin tempe lokal yang selama ini menjadi pemasok rutin dapur MBG. Ia menyatakan keberatan apabila tempe produksinya dijadikan sebagai kambing hitam dalam insiden ini, serta meminta di teliti secara menyeluruh asal usul bakteri tersebut.

“Kami sudah produksi tempe sejak 2012, tidak pernah ada masalah , ” kata Yati.

Yati menjelaskan sebelum terjadi insiden keracunan, pihak pengelola dapur hanya membeli 300 keping saja tidak seperti biasanya memesan 500 keping tempe buatannya. Menurut Yati pihak pengelolah mengatakan masih banyak sisa tempe minggu kemarin.

BACA JUGA  Serius Kawal Kasus Gratifikasi, Ketua KMP Sambangi Kejaksaan Negeri Purwakarta

“Saya tidak menjamin kalau tempe sisa minggu kemarin kemudian dibekukan dan dimasak lagi karena tempe sifatnya cepat busuk,” ungkap Yati. (Bm/Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *