Penamaan Candi Dewa Mahadewa dan Dewi Bhairawi Hingga Simbolisme Ornamen Relief Nuri Mengungkap Jejak Arkeologis Candi Bumi Ayu

oleh -457 Dilihat

PALI – Bramastanews.com, Pasca ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional, upaya pelestarian Candi Bumi Ayu semakin gencar dilakukan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VI Sumatera Selatan. Masyarakat dan pengunjung mengapresiasi atas kerja keras BPK Wilayah VI Sumatera Selatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata PALI serta TACB Provinsi dan Kabupaten PALI.

Kawasan Cagar Budaya Candi Bumi Ayu semakin memperkuat identitas sejarahnya dengan penamaan resmi beberapa candi di dalam komplek cagar budaya Nasional di Kabupaten PALI. Hasil pantauan dikawasan candi Bumi Ayu berada di Wilayah Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI, Candi I kini dinamai Candi Siwa Mahadewa, sementara Candi 3 dinamai Candi Dewi Bhairawi. Terlihat papan nama yang berdiri kokoh di sisi bangunan candi yang lengkap dengan informasi visual seperti sejarah penemuan, dimensi dan informasi lainnya yang sagat informatif dan edukatif bagi para pengunjung.

Selain penamaan candi, kawasan ini juga memperkenalkan ornamen relief nuri yang dipasang pada bagian atas tembok gedung koleksi, menambah daya tarik bagi wisatawan dan pencinta sejarah.

 

Candi Siwa Mahadewa: Pusat Pemujaan Dewa. 

Candi I yang kini dinamai Candi Siwa Mahadewa, tertulis bahwa candi ini merupakan pusat pemujaan Hindu, khususnya kepada Dewa Siwa. Penamaan ini berangkat dari penemuan arca Siwa Mahadewa di halaman candi induk, yang menegaskan bahwa situs ini memiliki kaitan erat dengan ajaran Siwaisme.

BACA JUGA  H.Ajan Kades Cipayung Adakan Acara Buka Bersama Dan Santunan Anak Yatim
Foto: Candi Dewa Mahadewa, Kawasan Candi Bumi Ayu (Dok/Baim)

Salah satu pertimbangan pemberian nama tersebut adalah ditemukannya arca Siwa Mahadewa di halaman candi induk. Dewa Siwa Mahadewa merupakan dewa penting yang dipuja umat Hindu yang memiliki kekuatan untuk merusak dan menghancurkan dunia. Dewa ini memiliki kendaraan/wahana yaitu sapi (nandi).

Selain arca Siwa Mahadewa, berbagai artefak lain ditemukan di sekitar candi, termasuk: Arca Agastya, seorang resi suci dalam tradisi Hindu, Arca Nandi, sapi suci sebagai wahana Dewa Siwa, Arca Stambha, pilar pemujaan, Arca Mahakala, sebagai penjaga candi, Arca Singa, simbol perlindungan tempat suci, Yoni dan Peripih, komponen penting dalam ritual Hindu, Kepala Kala, ornamen khas di pintu masuk candi, Jaladwara, saluran air berhiaskan relief, Hiasan atap, berupa antefiks dan panel berelief flora serta fauna.

Candi Dewi Bhairawi: Jejak Hindu Tantrayana

Candi 3 yang terletak di sebelah utara taman percandian kini diberi nama Candi Dewi Bhairawi, setelah ditemukannya arca Dewi Bhairawi atau Dewi Durga. Dalam ajaran Hindu Tantrayana, Dewi Bhairawi merupakan pasangan dari Dewa Bhairawa (Siwa) yang memiliki kekuatan besar dan bersifat destruktif.

BACA JUGA  Sekdisbudpora Kabupaten Bekasi Resmi Buka Bimtek Pelatih dan Pendamping NPCI Kabupaten Bekasi
Foto: Candi Dewi Bhairawi, Kawasan Candi Bumi Ayu (Dok/Baim)

Pertimbangan pemberian nama tersebut adalah ditemukannya arca Dewi Bhairawi di lokasi ini. Dewi Bhairawi (Durga) merupakan arca penting dalam agama Hindu Tantrayana karena pasangan dari dewa Bhairawa (Siwa). Dewi Bharrawi memiliki kekuatan yang besar, dapat merusak dan menghancurkan alam. Selain arca Dewi Bhairawi, ditemukan juga kepala arca Dewa Bhairawa, serta arca singa mencengkeram ular dan berbagai relief kepala kala.

Relief Nuri: Sentuhan Baru di Gedung Koleksi Candi Bumi Ayu

Selain penamaan candi, kawasan Candi Bumi Ayu juga memperkenalkan relief nuri yang kini menghiasi bagian atas tembok gedung koleksi. Relief ini menjadi elemen visual baru yang memperkaya estetika bangunan serta memberikan kesan megah bagi pengunjung yang datang.

Foto: Ornamen Relief Nuri, Gedung Koleksi Candi Bumi Ayu (Dok/Baim)

Relief nuri ini ditempatkan di tembok bagian atas gedung koleksi agar mudah terlihat dari kejauhan. Keberadaannya tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga sebagai simbol keterkaitan kawasan ini dengan kehidupan alam, di mana burung nuri sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan keluhuran dalam budaya Nusantara.

Penamaan candi dan pemasangan relief ini menegaskan bahwa Candi Bumi Ayu bukan hanya sekadar situs arkeologi, tetapi juga pusat edukasi yang terus menggali sejarah dan kebudayaan Hindu di Sumatra. Ke depan, diharapkan semakin banyak temuan yang dapat memperkuat pemahaman masyarakat terhadap warisan leluhur ini.

BACA JUGA  Paripurna Pelantikan wakil ketua DPRD Kota Pagaralam

Pihak BPK Wilayah VI melalui pengurus Kawasan Candi Bumi Ayu, Andi Fatahillah, saat dibincangi mengatakan bahwa penetapan nama candi Mahadewa dan Dewi Bhairawi berdasarkan hasil analisis arkeologis pada candi 1 dan candi 3 dari para ahli, Pemerintah PALI, TACB Provinsi, BPK Wilayah VI, dan(7/2/25).

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten PALI, Novita Febrianti, ST., MT., menjelaskan bahwa penamaan candi telah ditetapkan bersama oleh Pemkab PALI, TACB Provinsi Sumsel, dan BPK Wilayah VI.

“Selain itu, Pemkab PALI juga sedang berkoordinasi dengan BPK Wilayah VI terkait pengembangan kompleks Percandian Bumi Ayu, sambil menunggu SK Penetapan Candi Bumi Ayu sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN) oleh Pemerintah Pusat”, ungkapnya (9/2/25).

Novita juga menjelaskan langkah langkah konkret dalam mendukung Candi Bumi Ayu sebagai destinasi wisata budaya, Pemkab PALI telah merancang beberapa program untuk mendorong wisata edukasi sejarah dan menarik wisata dari luar daerah.

“Mengadakan event/festival di Candi Bumi Ayu serta Pentas Seni Candi Bumi Ayu, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten/kota lain, menjalin kemitraan dengan agen perjalanan (travel agent)”, tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *