Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sekelompok perempuan mengadvokasi perikanan kepiting yang lebih berkelanjutan di Jawa Tengah dan memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB di Indonesia.
Bulan Juni yang lalu, Indonesia merayakan Hari Segitiga Terumbu Karang yang jatuh pada tanggal 9 Juni dengan tema “Menyeimbangkan Konservasi dan Ekonomi Biru” yang juga mengakui peran penting perempuan dalam konservasi sumber daya perikanan dan kelautan. Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sekelompok perempuan mewujudkan tema ini saat mereka mengadvokasi perikanan rajungan yang lebih berkelanjutan di Jawa Tengah.
Sebagaimana layaknya perempuan nelayan dan istri nelayan di Indonesia, mereka yang terlibat dalam perikanan rajungan di Kabupaten Rembang, provinsi Jawa Tengah, juga memegang peran penting dalam mendukung suami mereka dalam tahap persiapan dan pasca penangkapan perikanan rajungan. Hal ini mencakup penyiapan kebutuhan penangkapan ikan, pemasangan umpan pada bubu, melepaskan rajungan dari jaring, perbaikan jaring, serta pengolahan dan penjualan rajungan serta produk olahan lainnya. Namun, para perempuan ini melakukan upaya lebih dengan mengadvokasi perikanan rajungan berkelanjutan melalui berbagai cara. Mereka memadukan tugas tersebut dengan tugas rumah tangga dengan tetap menjaga cita-cita masa depan anak-anak mereka.
Tri Asih, biasa disapa Asih, mengungkapkan, “Materi yang paling saya sukai dari pelatihan CTC adalah ekologi rajungan karena relevan bagi saya sebagai istri seorang nelayan rajungan. Saya juga mengajari suami saya mengapa kita tidak boleh menangkap rajungan kecil dan rajungan yang bertelur untuk memastikan kelestariannya. Kursus tentang komunikasi juga sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saya sehari-hari. Sekarang saya merasa percaya diri untuk berbicara bahkan dengan orang-orang dari luar desa tentang rajungan. Jika kedepannya CTC akan mengadakan lebih banyak pelatihan untuk kami, kami juga ingin mempelajari hal-hal baru, seperti bagaimana memberdayakan diri untuk menyuarakan pendapat dan mendidik anak-anak kami untuk melanjutkan pendidikan tinggi agar mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih baik”.
Para perempuan tersebut merupakan alumni dari serangkaian pelatihan yang diselenggarakan oleh Coral Triangle Center (CTC) bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Rembang sejak tahun 2023. Program pelatihan ini bertujuan untuk membangun kapasitas perempuan yang terlibat dalam perikanan rajungan untuk menjadi juara lokal (atau local champions) di provinsi Jawa Tengah. Program pelatihan tersebut mencakup topik antara lain: penangkapan ikan berkelanjutan yang khususnya berfokus pada rajungan, membangun bisnis lokal yang berkelanjutan dari sumber daya lautnya, dan memperkuat peran kepemimpinan mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di komunitas mereka. Lebih jauh diharapkan para perempuan dapat berperan dalam pengelolaan di tingkat provinsi. Pada bulan April tahun ini, tujuh dari perempuan pelopor ini bergabung dengan 30 pemimpin perempuan lainnya dari seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam Pertukaran Pembelajaran Perempuan Indonesia untuk Perikanan dan Konservasi Laut di Bali.
Nur Chriswatun Nida berujar, “Saya tidak pernah bermimpi untuk terlibat dalam kegiatan seperti ini. Setelah dua tahun (perencanaan), kegiatan learning exchange akhirnya terlaksana. Saya sangat menghargai pengalaman tersebut, mulai dari terbang ke Bali dengan pesawat hingga bertemu, berbagi pengalaman, dan menjalin pertemanan baru dengan begitu banyak perempuan inspiratif dari berbagai penjuru Indonesia. Saya membawa pulang apa yang saya pelajari dan mencoba menerapkannya. Saya juga menantikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam acara dan pelatihan CTC di masa depan”.
Membangun kapasitas pemimpin perempuan di Rembang selaras dengan salah satu strategi pelatihan Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia yang bertujuan untuk menjamin kesetaraan peluang dan peran perempuan dalam rantai pasokan perikanan tangkap seperti rajungan di provinsi Jawa Tengah. Program peningkatan kapasitas utama untuk meningkatkan keterampilan perempuan mencakup teknologi perikanan dan metode produksi serta manajemen keuangan dan pemasaran.
Sebagai pelatih, para perempuan ini, berbekal keterampilan dan pengetahuan baru, akan melatih, memberdayakan, dan membantu sesama perempuan nelayan dan istri nelayan yang terlibat dalam perikanan rajungan di Kabupaten Rembang dalam meningkatkan penghidupan mereka serta meningkatkan partisipasi dan akses pasar.
Margiati, salah satu perempuan nelayan, dengan bangga mengatakan bahwa ia telah memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbagi apa yang telah ia pelajari kepada orang lain, mulai dari mengajak mereka belajar, berbagi informasi tentang rajungan saat kegiatan baca Al-Qur’an perempuan, dan mengajar siswa PAUD dimana ia bekerja tentang pentingnya rajungan dan habitat yang sehat di desa.
Memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, mereka juga menginisiasi berbagai kegiatan seperti bersih-bersih desa secara berkala, membuka usaha kecil-kecilan baru, membangun tempat pembuangan sampah sederhana dengan menggunakan bambu dan terpal yang tersedia, dan yang terpenting, meningkatkan kesadaran akan pentingnya rajungan dan habitatnya yang sehat serta penggunaan alat tangkap yang berkelanjutan.
Sangatlah penting untuk mengapresiasi bagaimana para pelatih perempuan ini secara efektif mengkomunikasikan pesan-pesan penting tentang praktik penangkapan rajungan sekaligus meningkatkan penghidupan mereka. Kisah sukses tersebut akan menjadi pembelajaran bagi perempuan nelayan rajungan di daerah lain dan masyarakat pesisir pada umumnya.
Kerangka Ekonomi Biru Indonesia mengutip UN Women yang mengatakan bahwa 37%, berbeda dengan 10% data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dari 12,2 juta orang yang bekerja di sektor ekonomi biru di Indonesia adalah perempuan. Terlepas dari perbedaan data yang ada, peran perempuan di sektor ini sangatlah penting karena sebagian besar sector perikanan rajungan masih merupakan usaha skala kecil. Oleh karena itu, peran mereka dalam pertumbuhan sektor ekonomi biru Indonesia di masa depan yang juga akan bermanfaat bagi komunitas nelayan.
Meskipun program pelatihan CTC telah selesai tahun lalu, pembelajaran dan inspirasi untuk menjadi panutan tetap terpatri kuat di antara para pelatih perempuan ini. Mereka telah mendapat kesempatan untuk menginspirasi perempuan lain saat memberi pelatihan ke perempuan di lima desa lain dengan membawakan materi business model canvas (BMC) dan ekologi rajungan. Para pelatih perempuan tersebut mengungkapkan harapan yang sama: Mereka merasa masih banyak pengetahuan dan keterampilan baru yang ingin mereka pelajari, seperti metode perikanan rajungan berkelanjutan dengan menggunakan apartemen kepiting. Mereka juga mendesak penegakan hukum oleh pihak berwenang untuk mengatasi masalah limbah dan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan untuk mencapai perikanan rajungan berkelanjutan di kabupaten tersebut.
Pengalaman CTC selama dua tahun melaksanakan program peningkatan kapasitas bagi perempuan yang terlibat di perikanan rajungan di Kabupaten Rembang, membuktikan bahwa saat dibekali dengan pengetahuan dan pelatihan, mereka dapat menjadi agen perubahan. Memperkuat peran perempuan dan mendorong kesetaraan gender dalam perikanan rajungan selaras dengan arah kebijakan Indonesia untuk mencapai ekonomi biru di Indonesia. P
Dr. Hesti Widodo, Manager Program Senior CTC mengatakan, “Perempuan nelayan merupakan kontributor penting dalam rantai pasokan perikanan, yang terlibat dalam setiap tahap mulai dari penangkapan ikan hingga pemrosesan produk pascapanen. Sangatlah mendasar untuk mengenali dan mengatasi hambatan yang menghalangi perempuan nelayan untuk menyuarakan ide dan mengambil keputusan mengenai pengelolaan sumber daya laut seperti rajungan. Sangat penting untuk memberdayakan kelompok ini secara proaktif sejak awal implementasi program, dengan menggunakan strategi yang secara aktif mendorong partisipasi mereka dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan, yang pada akhirnya memastikan bahwa pengambilan keputusan bersifat inklusif”.
Rajungan menempati urutan ketiga produk perikanan ekspor terpenting setelah tuna dan udang di Indonesia, memberikan kontribusi $308,827,461 (USD) terhadap PDB nasional, dan menyerap sekitar 90,000 nelayan dan 185,000 pengupas rajungan. Rajungan tangkap dan budi daya perairan rajungan juga merupakan satu dari delapan sektor prioritas dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia 2023-2045 dimana perhatian khusus diberikan pada peran perempuan dalam ekonomi biru.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES