Nama Kuliner Khas Pali : Sagarurung vs Segedurung, Jadi Perdebatan di Kalangan Tokoh PALI

oleh -677 Dilihat

PALI – Sumatera Selatan

Bramastanews.com

Sagarurung adalah masakan khas dan fenomel yang berasal dari Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) di Sumatera Selatan yang akhir-akhir ini menjadi perdebatan di kalangan tokoh masyarakat di PALI, Rabu (19/6/2024).

Penamaan Sagarurung yang saat ini sedang viral dan menjadi perdebatan di group wa para tokoh di Kabupaten PALI tentunya menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat, terang saja karena ada yang berpendapat bahwa nama “Sagarurung” ini ada yang berpendapat kurang sesuai dengan nama yang sebenarnya. Yakni ada beberapa tokoh menyatakan bahwa nama yang sebenarnya berdasarkan sejarah adalah “Segedurung” dan adapula yang berpendapat lain yaitu “Sagadurung”. Hal inilah yang menjadi akar masalah dan bahan debat kusir di kalangan tokoh PALI tersebut.

Terlepas dari apapun namanya, nama “Sagarurung” saat ini sudah berhasil mecahkan rekor pertama dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) pada Festival Sagarurung tahun 2022 lalu dan diakui sebagai warisan budaya Indonesia.

Penghargaan tersebut diberikan atas pencapaian manggang dan makan ikan asap sagarurung pali terbanyak. Festival ini bertujuan untuk melestarikan kuliner tradisional sagarurung, serta mempromosikannya ke masyarakat luas. Melalui festival ini, masyarakat dapat lebih mengenal proses pembuatan dan keunikan rasa dari ikan sagarurung, yang kini menjadi simbol kebanggaan daerah PALI.

Berdasarkan sejarah yang tentunya berdasarkan pendapat ahli sejarah di Kabupaten PALI, Pemerintah dalam hal ini sebelum menetapkan nama, tentunya sudah melakukan penelusuran berdasarkan keterangan para ahli sejarah yang berkopenten.

BACA JUGA  Kegiatan Menyapu Bersama untuk Kemerdekaan, Srikandi PP Turut Berperan dalam HUT RI ke-78

Cara memasak ikan ini berawal dari Desa Tanjung Kurung, Kecamatan Abab, dan telah diakui sebagai warisan budaya di Indonesia.

Menurut saksi sejarah asli Desa Tanjung Kurung Kecamatan Abab yang berhasil mengumpulkan keterangan dari beberapa ahli sejarah di desa itu, “Pak Asmadi menjelaskan pada awak media ini menjelaskan bahwa asal muasal nama “Sagarurung” adalah “Segarurung” berasal dari kata “Segar” dan “urung” yang berarti ikan segar urung (ikan segar tapi tidak jadi)”, ungkapnya

Asmadi juga menjelaskan bahwa zaman dulu hasil ikan di Desa Tanjung Kurung melimpah, karena hal tersebutlah menyebabkan masyarakat merasa kebingungan dengan ikan segar yang melimpah ruah itu. Karena berbagai cara sudah dilakukan, dari di jual kondisi segar, dibuat ikan asin (red; balur), dan salay. Hingga akhirnya muncul sebuah ide dengan diberi bumbu dan di masak dengan cara diasap, dan yang pastinya menurut asmadi resep jitunya yang asli masih menjadi rahasia bagi warga asli Tanjung Kurung dan belum ada yang bisa menandinginya meskipun sudah banyak di daerah lain yang juga memasak dan menjual ikan “sagarurung” ini.

BACA JUGA  DPC HKTI dan HA IPB Gelar Seminar Nasional Food Summit 2024

Awalnya, sagarurung dibuat dengan ikan serandang (Chana pleurophthalma) yang melimpah di Sungai, tetapi seiring waktu, berbagai jenis ikan lain seperti ikan gabus, nila, toman, dan patin juga digunakan.

Sementara itu, ibu Reti seorang pelaku usaha kuliner dari Desa Karang Agung Kecamatan Abab dengan akun facebook (@Reti Opini) bisa memasak ikan sagarurung yang dalam sehari menghabiskan ikan segar sebanyak rata rata 70 kg perhari melayani pemesanan di wilayah Abab bahkan ada juga yang dari Pegawai di Pemkab PALI. Dan berharap Pemkab PALI bisa memberikan akses modal dan peralatan serta kemudahan dalam memasarkan ikan.

BACA JUGA  Mindset Menjadi Pengusaha Unggul Bersama H. Teddy Rusmawan AT. MM Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat.

Proses pembuatan dan cara memasak Ikan Sagarurung melibatkan pengasapan ikan yang telah dibumbui. Bumbu yang digunakan biasanya terdiri dari cabai, bawang, asam jawa, gula, dan garam. Setelah ikan dibersihkan dan dibelah, bumbu dioleskan merata ke bagian dalam ikan sebelum ikan dipanggang atau diasap selama beberapa jam dengan asap api menggunakan kayu bakar atau sabut kelapa.

Pengasapan bisa dilakukan dengan metode pengasapan panas atau dingin, tergantung pada teknik yang digunakan oleh pembuatnya. Sagarurung memiliki rasa yang khas, pedas, dan gurih, serta mampu bertahan hingga beberapa hari tanpa bahan pengawet.

Kini, sagarurung tidak hanya dikenal di PALI tetapi juga mulai menjadi bisnis yang diminati banyak orang di berbagai daerah ini bukti bahwa Sagarurung merambah di kancah Nasional.(Red/Im)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *